Casual Pop-up Fine dining – Myloc Coffee & Bistro Bandung
Hari Sabtu kemarin, kami berkesempatan untuk mencoba Casual Pop-up Fine Dining with Hakim Lukman (Hakim Gastrodiology) di Myloc Coffee & Bistro Bandung. Antara senang dan deg-degan karena sepanjang pengetahuan saya, yang namanya fine dining itu ada tata caranya, dari mulai table manner yang harus dikuasai, kemudian penempatan posisi duduk, sampai cara bersosialisasi dengan tamu di sekitar pun nggak bisa sembarangan, nggak bisa santai-santai kayak pembawaan saya ini… ^^ Sebenarnya saya suka suasana yang romantis dan cozy, tapi saya nggak suka makan di tempat yang bikin saya jadi nggak nyaman dan nggak apa adanya. Bukan berarti cara makan saya berantakan dan sembarangan juga…hanya saja saya ingin merasakan pengalaman yang istimewa tanpa saya harus jadi merasa terintimidasi oleh pandangan orang lain mengenai status ekonomi, strata sosial, atau penampilan saya. (Lho kok jadi serius banget ya bahasannya? ^^!)
Anyway, waktu diundang ke event Casual Pop-Up Fine Dining with Hakim Lukman di Myloc Coffee & Bistro ini saya sempat deg-degan juga…tetapi yang menenangkan saya adalah dua kata: ‘casual’ dan ‘pop-up’, walaupun saya belum ngerti benar juga apa artinya, haha. Tapi saya pede aja, lagian saya seneng banget karena apa yang menjadi salah satu wishlist saya (nyobain fine dining) akhirnya terkabul juga.
Memasuki Myloc Coffee & Bistro, saya dan suami disambut oleh aroma kopi yang harum. Saat itu, sesi pertama dari event ini yaitu sesi pukul enam sampai delapan malam masih berlangsung. Kami kebagian sesi kedua, yaitu pukul delapan sampai sepuluh malam. Kami dipersilakan menunggu di lantai bawah bistro ini. Dari atas sayup-sayup terdengar suara flute mengalun diselingi tepuk tangan hadirin. Mau nggak mau berbagai visualisasi bermunculan di benak saya, seperti apakah kira-kira pengalaman fine dining di atas?
Ketika akhirnya sesi pertama tuntas dan kami dipersilakan naik ke lantai dua bistro untuk memulai pengalaman casual fine dining pertama kami, seketika itu pula saya terpesona.
Suara flute dan gitar akustik mengiringi langkah kami menaiki lantai dua. Very homey, very subtle, yet so romantic. Indeed.
Ada satu spot dekat jendela dengan dua kursi berhadapan, lengkap dengan meja berhiaskan satu vas berisi bunga segar dan mawar putih bertuliskan welcome di atas piring kami. Why am I feeling so romantic already?
Setelah semua siap dan semua tamu berkumpul, Chef Lukman Hakim yang dibantu Assistant Chef Reza Putra, memulai prosesi casual pop-up fine dining ini. Hidangan-hidangan yang disajikan adalah hidangan yang memiliki arti khusus dalam hidup Chef Lukman Hakim, oleh karena itu tajuk fine dining malam hari itu adalah Journey. And let the journey starts.
Hidangan Pertama
Black Pearl Croquette
Local Chili Domba, Garlic Aioli
Ini adalah kroket, saudara-saudara. Tapi sangat jauh berbeda dengan kroket yang biasa saya makan sehari-hari… Tentu saja, dari warnanya saja sudah sangat berbeda. Warna hitam dari kroket ini berasal dari tinta cumi. Croquette (menulisnya harus gini kali ya) ini sangat lembut dan saya bisa merasakan sayup-sayup rasa pedas yang…gimana ya… menggigit, tapi nggak sampai membuat saya kepedasan seperti kalau makan gehu pedas, hahaha… Ada rasa pedas yang berpadu dengan rasa kroket, tapi nggak mengalahkan rasa kroket itu sendiri, tapi nggak berarti kurang pedas juga.
Kami makan diiringi alunan musik…dari mulai lagu klasik seperti Pavane, lagu tahun 90-an semacam Negri di Awan, lagu oldies kayak Close to You, sampai lagu ‘sekarang’ seperti Thousand Years… musik terus mengalun sampai hidangan terakhir selesai disajikan.
Ketika tiba waktunya piring kami diangkat, Chef Lukman kembali memberikan prolog untuk hidangan kedua yang disajikannya. Proses ini terus berlangsung sampai hidangan kelima.
Hidangan Kedua
Ponzu Marinated Tuna Tataki
Mangosteen Mousse, Soya Caviar
When I first saw this dish, I thought they were beef cuts. Saya pikir daging sapi lho…tapi ketika dimakan, lho kok…ternyata ikan! Tuna! Ini…enak banget! Empuk tapi nggak hancur, dagingnya memiliki rasa, tapi sama sekali nggak amis, dan ya itu…bikin saya mikir…ini rasa apa ya…ini dari apa ya…
Nah, kalau diperhatikan, dari tiga potongan daging, masing-masing potongan berbeda tampilannya. Semua lezat tapi favorit saya potongan kedua, yang ada mangosteen mousse-nya. Rasa asin daging berpadu dengan manisnya buah, nggak nabrak malah unik. Enak!
Oya sebelum penyajian, hidangan ini disemprot dengan Ponzu Spray. Benar-benar menambah kekayaan rasa dari hidangan ini. Ada hint asamnya, ada asinnya, ada manisnya, tapi semuanya pas, nggak ada yang berlebihan.
Hidangan Ketiga
Pan Seared Duck Breast
Consomme & Edamame
Karena ini consommé, maka bisa dilihat kuahnya jernih. Kuah sup ini dibuat dari tulang bebek yang di-roast lalu dijadikan kaldu. And the duck itself is a peking duck. Can you imagine the delicacy it brings? Rasa sup ini…subtle banget…tapi di saat yang sama lezat banget…
Oya, di situ ada jamur shimeji juga…edamame…dan satu jenis sayur (daun?) yang saya lupa nggak tanya namanya tapi yang pasti enak!
Hidangan Keempat
Australian 120 days Grain Fed Beef Ribeye
Seasonal Vegetables and Truffle Potato Puree
When the plate came to my table…it was smell so good! I mean the meat, not the plate, okay? Haha…
Saya jadi pengen langsung melahap hidangan ini, dan dengan susah payah berjuang menahan diri ketika suami menjepret gambar demi gambar demi menghasilkan postingan ini ^^
Seperti namanya, daging sapi yang dihidangkan berasal dari ribeye sapi yang selama 120 hari hanya diberi makan biji-bijian. Hal ini dimaksudkan untuk membuat daging sapi punya marbling, lebih juicy juga lembut, dan memiliki rasa yang kuat. That’s why it’s so aromatic!
Nah, kalau bagian putih yang seperti krim itu, itu adalah mashed potato yang dijadikan foam. Unik ya? Karena teksturnya sangat jauh berbeda dari mashed potato yang selama ini saya kenal, sensasi pengalaman rasanya pun berbeda.
Hidangan Kelima
Egyptian Bread Pudding
Cinnamon and Vanilla Ice Cream with Caramelized Almonds
Saya nggak tahu harus bilang apa tentang dessert ini…saya suka bangett!! Gimana ya…dessert ini rasanya saya banget. Semua rasa yang saya suka ada di situ…ada rasa kayak susu, kayak oat, kayak oreo, kayak granola…(saya nggak tahu emang ada di situ atau nggak ^^) belum lagi kombinasi kismis, vanilla ice cream, caramel, dan almond, semuanya nge-blend dengan baik di bread pudding ini. Oya berhubung saya juga suka makan roti dicemplungin ke susu, saya suka pake banget sama tekstur rotinya. Jadi lunak-lunak milky gimana gitu. Aduh…nulis ini rasanya bikin saya kangen makan lagi…
Chef Lukman bilang bikin dessert ini gampang banget, orang bisa nggak nyangka…tapi bagi saya, sekalipun misalnya saya dikasih tahu cara buatnya, nggak mungkin deh bisa bikin citarasa kayak gini. Rasanya itu luar biasa!
Dan tibalah kami di penghujung perjalanan. Kelima hidangan sudah disajikan. Kami puas banget.
Semua ini memang sebuah perjalanan. Kami dibawa bersama-sama menikmati hidangan-hidangan yang ada tidak hanya dengan lidah kami, tetapi juga dengan mata, hidung, dan telinga kami lewat plating yang cantik-presisi-kreatif; interior yang apik dan tertata; alunan melodi yang menghangatkan dan membawa kenangan… seperti layaknya sebuah perjalanan. Ada pemandangan, ada hembusan angin, ada bau tanah yang bisa diendus, bau hujan…semua menyentuh pancaindera. Saya rasa itulah keistimewaan casual pop-up fine dining kali ini.
Sensasi Casual Pop-up Fine Dining with Hakim Lukman di Myloc Coffee & Bistro ini sangat berbeda dengan semua yang pernah saya alami sebelumnya. Sangat istimewa, tetapi sangat membumi. And what I like is… I get to experience fine dining casually. It is still a fine dining, yet expressed in a way that made me feel comfortable. J Saya nggak perlu jadi orang lain untuk menikmati itu semua.
Sekalipun perjalanan kali ini sudah berakhir, seluruh pancaindera saya masih sangat mengingatnya. Dan saya harap masih ada perjalanan-perjalanan lain yang bisa kami nikmati berikutnya.
——-
A Casual Pop Up Fine Dining
with Chef Hakim “Gastrodiology” Lukman
– MYLOC Coffee & Bistro , Braga – Bandung
Thanks to:
– Chef Hakim Lukman
– Chef Reza Putra
– Mbak Dini – MYLOC Coffee & Bistro
– Bang Aswi
Reviewed by Kathia Arhwinda @nyewkatya
Photographed by Putra Agung Agustinus @TheFoodXplorer